Pelayanan (1) sesi perjalanan

Pelayanan sesuai dengan kata dasarnya layan, seharusnya melibatkan dua pihak yang saling memberi dan saling menerima. Sangat disayangkan bahwa pelayanan dianggap sesuatu yang biasa saja oleh pemberi jasa layanan khususnya di negeri kita tercinta ini.

Tak jarang kita menjumpai kejadian yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan pelayanan. Ambil contoh perjalanan wisata yang berhadapan dengan berbagai layanan.

Sebut saja salah satunya, layanan penerbangan sejak pembelian tiket, check in, boarding, in flight service, hingga turun pesawat dan layanan bagasi. Perusahan penerbangan yang dipilih tentu yang bisa diandalkan agar menyenangkan. Nyatanya, tidak selalu seluruhnya menyenangkan.

Sebut lagi layanan penginapan, mulai dari reservasi on line, pembayaran, check in, layanan kamar, layanan restoran, sampai check out. Hotel yang dipilih juga biasanya  sesuai dengan review yang bernilai di atas 8. Akan tetapi, tidak seperti review. Pelanggan tak jarang kecewa karena tidak mendapatkan layanan yang memadai.

Belum lagi moda transportasi. Dengan adanya moda online, taksi konvensional nyaris sulit dijumpai atau dihubungi. Lucunya, pihak hotelpun tidak memberi rekomendasi. Pelanggan harus aktif mencari sendiri. Tidak bisa hanya menunggu. tapi anehnya, kalau dihubungi, pengemudi biasanya sewot dan bisa saja membentak dengan nada bicara yang kasar dan tidak sopan. 'Kelebihan' jasa transportasi on line, pengemudi tak mau turun dari mobilnya malah membuka jendela mobilpun tidak dilakukannya. Jika penumpang jauh dan sulit dijangkaunya, pengemudi bisa memerintah penumpang untuk menuju ke kendaraannya.  Apalagi mengangkat dan menurunkan bagasi penumpang. Seperti jackpot saja, kalau sedang beruntung kita akan dapatkan layanan 'premium'. Pengemudi menganggap penumpang sedang menumpang mobil pribadinya dengan bayaran murah. Kenapa harus dilayani?

Layanan yang juga menimbulkan konflik adalah jasa kuliner. Sesuka penjual atau kasir saja, kalaupun sampai pembeli antri, tak segan-segannya penjual atau kasir menegur pembeli untuk bersegera melakukan pembayaran. Tidak perlu mengecek barang belanjaan dan harga-harganya. Seandainya kita jumpai makanan atau minuman tidak sesuai dengan yang kita inginkan atau dalam keadaan kurang layak, penjual biasanya berkelit dan tidak pernah meminta maaf aalagi mengganti dengan yang baru dan lebih baik. Baru sekali saya mengalami sampai dengan saat ini, makanan diganti yang baru dan diberi dua kali lebih banyak disertai permintaan maaf. Dan itu terjadi sayangnya di negara lain. Untuk saya yang vegetarian, tidak diperlakukan khusus di negara sendiri kecuali satu hotel di satu kota yang memperlakukan saya istimewa seperti semua hotel di negara yang pernah saya kunjungi.

Dan, entah kenapa penerima layanan yaitu kita tidak selalu terampil mengucapkan terima kasih atas pemberian layanan. Seolah-olah dengan pembayaran selesai sudah transaksi dan terima kasih sudah termasuk dalam uang yang dibayarkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini